Kecintaan Terhadap Sejarah Islam


Bicara peradaban tentu kita tak lupa tentang siapa yang menjadi subjek di dalamnya. Pun, saat bicara tentang sejarah Islam dengan Peradaban yang telah berlangsung sejak Nabi Muhammad menjadi rasul.  Tentu kita tidak lupa realita masyarakat sebalum datangnya Islam. Kepercayaan polytheisme yang mengakar dan sangat kuat telah berlangsung lama di bumi Arab.
Firas Alkhateeb mengajak pembaca untuk memandang wajah sejarah Islam melalui tulisannya. Memikat pembaca dengan bahasa yang ringan, sederhana, tetapi juga inspiratif. Beberapa informasi ia sajikan begitu mudah untuk diingat. Sejarawan Muslim dari Universal School, Bridgeview, Illinois ini selalu mengingatkan kita bahwa, umat Islam memiliki sejarah yang kuat, sejarah yang tak bisa diabaikan.

Buku ini dibagi di dalam bab (1) Arab Pra Islam, (2) Kehidupan Sang Nabi, (3) Khulafaur Rasyidin, (4) Pendirian Negara Islam, (5) Masa Keemasan Intelektual, (6) Pergolakan, (7) Al-Andalusia, (8) Tepi, (9) Kelahiran Kembali, (10) Kemunduran, (11) Gagasan Lama dan Baru

Sejak diutusnya Rasulululloh menjadi satu-satunya Rasul yang membawa keyakinan yang haq yakni Islam, bukan menjadi rahasia lagi, sejarah-pun telah mencatat perjuangan komunitas Muslim yang baru dengan berbagai tantangan di masa awal. Penyiksaan, pemboikotan, kekerasan fisik, bahkan korban berjatuhan karena penolakan dari kaum Quraisy dan pengikut-pengikutnya.

Semua itu berakhir ketika pada titik dakwah Rasululloh Muhammad shalallohu ‘alaihi wassalam  diterima dan berhasil hijrah dan mendirikan Negara Islam pertama, Madinah.   Sebuah tata poitik dan sosial yang baru dalam sejarah umat Manusia, serta satu-satunya negara yang berdasarkan pada hukum Islam. Rasulullah menjadi kepala negaranya, dan ummat rela dipimpin oleh sosoknya.

Buku ini meyakinkan pembaca tentang konsep bernegara, bahwa Rasulullah adalah satu-satunya suri tauladan yang harus diikuti. Tak terkecuali dalam membangun sebuah negara.  “Entitas politik baru Nabi Muhammad di Madinah akan menjadi model Negara Islam selama berabad-abad dalam pemerintahan Muslim, terutama yang berhubungan dengan perlakuan terhadap minoritas non-Muslim” (hal 25).

Kepemimpinan Islam dan pemerintahan Islam terus berlangsung sepeninggal Rasulullah, diantaranya dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Khilafah Bani Umayyah, Khilafah Bani Abbasiyah, Khilafah ‘Utsmaniyyah. Kesemuanya itu memiliki kecakapan pemimpin yang berbeda-beda, disetiap bidang ekonomi, sosial, keilmuan, dan alamiahnya mereka masing-masing mencapai keberhasilan dan juga mengalami titik kelemahan. Pertanyaanpun muncul, seperti apa sebenarnya kehidupan umat Islam setelah berakhirnya Khilafah ‘Utsmaniyah itu?

Buku terjemahan Indonesia dari buku Lost Islamic History ini ini muncul untuk mengajak para pembaca melihat realita umat Islam pasca berakhirnya Khilafah ‘Utsmaniyah hingga hari ini. Pun demikian, buku ini juga menggambarkan seluruh Peradaban Islam sejak negara Islam pertama, Madinah hingga akhir, guna menunjukkan pada para pembaca tentang sejarah Peradaban Islam. Ia juga memperjelas dengan menyebutkan keberhasilan serta kemajuan yang ada saat Peradaban Islam memimpin dunia.

Jika kita menginat pandangan Zuhrotul Latifah, ia sepakat bahwa berakhirnya peradaban Islam serta adanya campur tangan Barat terhadap dunia Islam berdampak pada penguasaan Barat terhadap wilayah-wilayah Islam. Salah satu yang ia sebut adalah kawasan teluk yang strategis dan perut buminya banyak mengandung minyak bumi sangat menarik minat negara-negara asing khususnya Barat untuk menanamkan pengaruhnya disana.

Pandangan yang sama diungkapkan oleh Irfan Firdaus. Ia sebagaimana lainnya menyayangkan adanya penghapusan kekhilafahan dan pemberhentian peran khalifah di masa Khilafah ‘Utsmaniyah. Meskipun tidak lagi memiliki kekuasaan yang sah, masyarakat mengharapkan khalifah adalah kepala negara yang legal dengan tanggung jawab menjalankan syariah. Tetapi tidak jelas, bagaimana kedudukan konstitusional yang tepat bagi khalifah.

Jika kita mengacu pada pandangan Ali Muhammad Syalabi tentang berakhirnya Khilafah ‘Utsmaniyah, ia mengatakan bahwa munculnya seorang Kemal telah melaksanakan secara sempurna untuk menjauhkan dari garis-garis Islam. Hingga akhirnya masuklah Turki dalam proses westernisasi yang ganas. Semakin lama bangunan yang indah itu roboh, semakin lama dihanguskan. Hingga sejarah itu seperti tak terulang kembali, hilang. “Realitas politik era abad kedua puluh melindapkan kebesaran peradaban Islam sebelumnya di dalam pikiran banyak penduduk kota. Bagi mereka, wajar untuk mengadopsi budaya dan norma Barat demi meniru kekuatan penjajah. Bersamaan dengan penerimaan sosial baru, terjadilah pengadopsian gagasan Barat tentang politik dan pemerintahan” (hal 275).

Buku 300 halaman ini merupakan hasil dari pengkajian Firas Alkhateeb untuk membuka pandangan umat Islam seluruhnya. Dengan memberikan fakta keemasan sejarah Islam yang ada di masa lalu yang berhasil terekam secara rapih. Banyak keberhasilan kepemimpinan yang ia beberkan dalam buku ini. Abu Bakar as-Shidiq, Umar ibn Khathab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Harun al Rasyid, hingga abad ke 19 kegigihan seorang Abdul Hamid II (hal 276).

Buku ini juga mengajak pembaca untuk bermuhasabah kembali, detik-detik peradaban Islam yang kini diharapkan kembali harus dibangkitkan kembali. Masyarakat yang harusnya maju bukan lagi berdasarkan asas sekuleristik dan semangat yang tak jelas arah jalannya.

“Akan tetapi, pada abad kedua puluh, berbagai negara Islam yang baru merdeka tidak melihat kejayaan masa lalu dan berusaha menciptakannya kembali. Malahan, mereka hampir selalu memiliki pandangan sekuler dan nasionalis. Konsep ini benar-benar asing bagi dunia Islam pada 1200 tahun pertama” (hal 294).

Firas Alkhateeb dengan kesadaran penuh mengajak masyarakat secara luas, di seluruh dunia pada umumnya. Bahwa untuk membangun peradaban dunia Islam yang baru kini, layaknya bercermin bahwa Islam mempunyai pijakan yang kuat. Pijakan pertama, dan fondasi pertama yang telah dicontohkan untuk umat manusia seluruhnya. Dan yang mendasar adalah, Islam mempunyai andil yang besar dan perang yang penting untuk menjadi dasar kehidupan peradaban Islam mendatang.
Sedikit kekurangan muncul dalam buku ini. Seperti pembahasan isi yang terlalu melebar, alangkah baiknya pembahasannya difokuskan. Sehingga bagi pembaca lebih mudah memahami apa yang ingin disampikan oleh penulis. Betapapun kekurangan yang ada, buku ini sangat baik untuk dijadikan referensi dalam memahami garis besar sejarah keemasan peradaban Islam serta refleksinya bagi kehidupan hari ini.

Wallahu ‘alam bisshowab
 
Judul Buku      : Sejarah Islam yang Hilang
Penulis             : Firas Alkhateeb
Penerbit           : Bentang
Terbit               : Cetakan Pertama, Maret 2016
Tebal               : viii + 300 Hlm
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar