Mari Tapaki Jalan Dakwah (1

RASULULLAH Shalallahu ‘alaihi wassalam. Kehadirannya menunjuki jalan yang mulia. Karena Islam yang dibawa, manusia yang pandai akan berbondong-bondong memilih surga dan menjauhi neraka. Jalan hidupnya, yakni Islam. Karena kemuliaannya, tiada lagi yang berhak mencari sosok teladan selain teladan yang dicontohkan. Karena perjuangannya, Islam hadir ditengah-tengah kehidupan dunia. Karena Allah, kita pun mampu mengenal keagungan RasulNya. Dan karena itulah, jalan yang tepat dan satu-satunya jalan yakni mengikuti perjuangan menegakkan syari’at Islam.  Sungguh, merupakan tonggak dasar bagi umat Islam. Jika mereka memilih Islam dalam jalan hidupnya. Memilih dakwah menjadi sumber prioritas dalam setiap aktivitas kesehariannya. 

Da’wah, secara etimologi adalah undangan atau seruan, sedangkan secara syar’i, adalah seruan kepada orang lain agar melakukan kemakrufan dan mencegah dari kemungkaran, atau juga bisa didefinisikan dengan usaha untuk mengubah keadaan yang rusak, dan tidak Islami, menjadi baik sesuai dengan Islam.

Kedua pengertian itu di atas diambil dari nas hadist, sebagaimana yang dinyatakan Rasulullah SAW, “Siapa saja diantara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah merubahnya dengan tangannya dan jika tidak mampu, hendaknya mengubahnya dengan lisannya, dan jika dia tidak mampu, hendaknya mengubahnya dengan hatinya. Sesungguhnya hal itu merupakan selemah-lemahnya iman.” (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, at Tirmidzi, an Nasa’i, Ibn Majah dari Abi Sa’id al-Khudri).

Karena itu, dakwah tidak hanya dicukupkan pada menyeru saja. Melainkan hingga mengubah keadaan yang tidak sesuai dengan Islam menjadi keadaan yang sesuai dengan yang syari’atkan Islam. Sedangkan perubahan tersebut ada yang bersifat ishlahiyyah (reformatif) dan inqilabiyyah (revolusioner). Perubahan inqilabiyyah adalah perubahan yang dimulai dari asas, yaitu perubahan aqidah, sedangkan perubahan ishlahiyyah adalah perubahan yang dimulai dari kulit, tidak sampai menyentuh asasnya.

Batasan “keadaan rusak”, yang tidak Islami mempunyai konotasi, bahwa kerusakan tersebut karena tidak sesuai dengan Islam. Artinya, yang menentukan keadaan tersebut baik atau rusak adalah Islam, yaitu dengan dijadikannya Islam sebagai standar setiap langkah pilihan hidupnya. Ini merupakan seluruh aspek, baik sosial, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, dan sebagianya.
Namun, kenyataannya da’wah bukanlah jalan yang mudah. Jelaslah, jalan da’wah para Nabi dan Rasul menggambarkan pada kita bahwa da’wah adalah sebuah jalan perjuangan yang tidak semudah yang dibayangkan. Rintangan hidup, bahkan ujian hingga kematian menjadi tantangan adalah sejarah dalam sebuah perjalanan da’wah.

Tentu kita tidak akan lupa, perjalanan panglima perang yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah saat hendak menaklukkan Islam di wilayah Wadzil Qura’. Perjalanannya tercantum dalam sejarah hidupnya. Ibnu Ishaq mampu mengkisahkannya. Pada saat itu, bulan Rajab tahun (keenam hijriyah), Rasulullah SAW yang telah menyiapakan pasukan yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah untuk diberangkatkan ke Wadzil Qura’.

Disanalah pasukan Zaid dipertemukan dengan Bani Fazarah. Banyak diantara mereka (pasukan Zaid) terbunuh, sehingga tampak sedih dan kondisi lemas menghampiri Zaid. Mereka, banyak yang terbunuh.

Mereka banyak yang telah menjadi darah-darah pertama yang telah disaksikan para malaikat sebagai pejuang Islam. Mendakwahkan Islam mengikuti perintah Rasul. Berharap surga, menyerahkan diri mereka pada Islam. Berharap kemuliaan mereka dapatkan saat kelak Allah memanggil satu-satu dihadapanNya.

To Be Continue

Tidak ada komentar:

Posting Komentar