Hadirkan Allah Dalam Segala Aktivitas Kita


Syaikh Taqiyuddin Annabhani secara tertulis menjelaskan makna aspek ruh, aspek rohani. Aspek rohani yakni hubungan antara segala sesuatu dengan al Khaliq dilihat dari hal yang sebelumnya tidak ada. Hubungan ini yaitu bahwa segala sesuatu diciptakan oleh al Khaliq jika disadari oleh akal, maka akan melahirkan perasaan pengagungan terhadap al Khaliq, rasa takut kepadaNya dan perasaan untuk mensucikanNya. Kesadaran yang melahirkan perasaan terhadap adanya hubungan dengan Allah inilah yang disebut ruh.
Jadi, ruh adalah kesadaran (manusia) terhadap hubungannya dengan Allah. Jelaslah apa yang dimaksud dengan ruh dan aspek rohani. Ruh dan aspek rohani bukanlah kata-kata yang memiliki pengertian "lughowi" yang mengacu pada aspek bahasa saja; dan bukan pula istilah yang dapat dipakai oleh setiap golongan sekehendaknya, melainkan memiliki makna yang khas, kendati diungkapkan dengan berbagai lafadz.
Pandangan yang teliti, mendalam dan jernih mengenai manusia, menunjukkan bahwa manusia hidup di dalam dua lingkaran. Pertama, lingkaran yang menguasai manusia (tusaithiru 'ala al-insa). Kedua, lingkaran yang dikuasai manusia adalah lingkaran yang di dalamnya berlaku nidzamul wujud (sunnatulloh/hukum alam) terhadap manusia. Manusia berjalan mengikuti alam dan kehidupan sesuai aturan tertentu yang tidak berubah. Karena itu, dijumpai beberapa kejadian menimpa manusia di dalam lingkaran ini, yang terjadi di luar kehendaknya. Di sini, manusia musayyar (dikendalikan), bukan mukhayyar (diberi pilihan). Misalnya, manusia lahir ke dunia ini bukan atas kehendaknya dan ia akan meninggalkannya, juga bukan atas dari hukum alam.
Adapun lingkaran yang dikuasai manusia adalah lingkarang dimana manusia bebas melangkah di dalamnya sesuai dengan sistem yang dipilihnya; apakah syari'at Allah, atau syari'at yang lain. Didalam lingkaran ini, terjadi berbagau perbuatan yang dilakukan manusia atau yang menimpanya sesuai dengan keinginannya. Misalnya, ia berjalan, makan, minum atau pergi kapan saja dia mau. Sebaliknya, ia juga bisa tidak melakukan perbuatan-perbuatan itu kapan saja dia mau. Ia bebas menentukan. Karena itu ia akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang dilakukannya didalam lingkaran ini.
Manusia biasanya menyukai sesuatu yang berasal darinya, atau menimpanya dalam lingkaran yang dikuasainya, atau yang menguasainya. Begitu pula manusia kadang membenci sesuatu dalam kedua lingkarang tersebut. Karena itu, ia berusaha menafsirkan kesukaan dan ketidaksukaannya ini dengan presdikat baik dan buruk (khayr dan syarr). Manusia cenderung mengkategorikan apa yang disukainya sebagai baik, dan apa yang tidak disukainya sebagai buruk. Demikian juga dengan berbagau perbuatan dikatakan baik, sementara perbuatan lain dikatakan buruk atas dasar manfaat yang diperolehnya atau kemudaratan yang dijumpainya.
Pernahkah anda melihat seseorang sedang risau saat dijodohkan oleh orang tuanya?
Beberapa waktu yang lalu, teman saya bercerita. Ia sedang gundah gulana karena ia dijodohkan oleh ibunya dengan anak teman ibunya. Ya, , kedua orangtuanya sudah sepakat. Bahkan, teman saya menurut ceritanya. Ibunya akan sangat marah jika ia tidak menerima perjodohan itu. Lantas, apa yang diucapkan teman saya tersebut?
"Saya masih suka dengan pacar saya. Saya nggak mau menikah dengan orang itu"
Sayapun perlahan bertanya. Apakah suka itu bisa diekspresikan dengan semau kita? Apakah tidak ada sedikitpun diri kita ini menyadarkan pikiran kita. Bahwa, suka itu tidak perlua diumbar dan diekspresikan hingga akhirnya jatuh juga pada hubungan pacaran yang bernilai maksiat. Na'udzubillahi mindzalik,, semoga kita terhindar dari aktivitas maksiat. Sekecil apapu maksiat itu.
Ya,, anggapan baik saat bersama orang yang disukainya hingga ia bebas melakukan apa saja. Lebih ia pilih saat memenuhi keinginan orang tuanya yang ingin segera menikahkan mereka. Terlepas dari apapun yang terjadi diantara kedua hubungan ibu dan anak. Yang jelas niat baik orang tua itu lebih ahsan dan memang begitulah seharusnya. Seorang anak perempuan dinilai berharga dan sesegera mungkin diselamatkan dengan menikahkan dengan seorang laki-laki.
Berlama-lama dengan hubungan yang Allah bisa membencinya sungguh kita sayangkan. Semoga kita semua terhindar dari itu. Allohumma amynn. Tatkala sudah ada detik-detik membahayakan segeralah berlindung dan mendekatkan diri padaNya.
Manusia begitu dahsyat jika dibiarkan tanpa aturannya. Bisa berbuat rusak hingga dampaknya bukan saja pada dirinya. Oleh karena itulah, maka bersegeralah menyadarkan diri ini akan kesadaran adanya Allah dalam aktivitas kita. Bahwa kita punya pemahaman qodho' dan Qadar yang akan kita genggam erat-erat. Mari bersegera mendatangkan dan menyadarkan diri kita akan adanya ruh dalam segala aktivitas kita.

Wallohu 'alam bisshowab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar