Mendengar "chemistry'' perasaan bangga muncul dalam hati para ahli
yang bergerak dalam bidang ini. Sebut saja para ahli kimia, para
pengajar kimia, para pelajar kimia dan yang bergerak dibidang yang
bersangkutan dengan "chemistry". Itu yang ada dibenakku saat ini, bisa
dikonfirmasi oleh para ahlinya, benar tidak ya..?semoga benar
Dibawah
ini ada sediikit Sejarah yang berkaitan dalam bidang kimia. Saya memang
bukan ahlinya namun usaha sedikit untuk berbagi tidak jadi halangan
bukan? sementara hanya bisa memberi info belum pada tahap mendalaminya
hingga sampai memahamkannya belum.
Silahkan dibaca ,, kak ^^
Industri Kimia dalam Perjalanan Sejarah Islam
Kemajuan
di bidang kimia tak terhenti pada konsep dan kajian. Namun, ilmuwan
Muslim membuat tero bosan penting hingga lahirlah industri. Berbagai
produk yang bermula dari inovasi dalam ranah ini bertebaran di kota-kota
Islam. Tak hanya memberi manfaat fungsional, tetapi juga mendorong
kemajuan ekonomi.
Sejak awal, ilmuwan Muslim
berkomitmen mengembangkan kimia. Mereka melakukan kajian dan
menuliskannya dalam serangkaian karya. Sejumlah risalah, misalnya yang
ditulis oleh ahli kimia terkemuka, Jabir ibnu Hayyan, menggambarkan
bagaimana menghasilkan zat kimia tertentu, yang menjadi bahan baku
industri secara rinci.
Jabir, ungkap Ehsan Masood
melalui karya Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern,
berhasil menemukan proses kimiawi, seperti reduksi, sublimasi, dan
penyulingan. Dia menciptakan bahan alembik, tabung penelitian sederhana
untuk memanaskan cairan.
Alembik bisa mengubah anggur
menjadi alkohol. Namun, di tangan ilmuwan Muslim, alkohol tidak
dialihkan sebagai bahan minuman keras. Sebaliknya, pembuatan bahan
alkohol menjadi proses kunci untuk sejumlah industri kimia yang
berkembang di peradaban Islam.
Termasuk produksi
parfum, tinta dan bahan celup, obat-obatan ataupun bahan kimia
tertentu. Jabir juga menemukan jenis asam, antara lain asam sulfat,
asam hidrokolat, dan asam nitrat, yang bisa melarutkan logam serta
banyak dipakai di industri kerajinan logam dan lainnya.
Berbagai
penguasaan teknik kimiawi dari sarjana Muslim menumbuhkan semangat
para industriawan. Peradaban Islam lantas memunculkan sederet industri
penting, seperti industri farmasi, tekstil, perminyakan, kesehatan,
makanan dan minuman, perhiasan, hingga militer.
Selain
itu, ada juga industri baja, pembuatan kertas, pembuatan keramik,
kerajinan tanah liat, pembuatan gelas dan kaca, pertanian, ekstraksi
mineral, industri logam, dan produk kimia lainnya. Umat Islam pun telah
memiliki pabrik kaca skala besar di beberapa kota di Timur Tengah.
Sentra-sentra
industri kaca bermunculan di banyak tempat dan masing-masing punya
ciri khas dalam hal bentuk dan desain. Menurut Ahmad Y al-Hassan dan
Donald R Hill dalam bukunya Islamic Technology: An Illustrated History,
produk umat Islam mencerminkan karakter unik dari masing-masing pusat
pembuatannya.
Sammara, Irak, pada abad ke-9 mejadi
salah satu sentra industri produk tersebut. Selain itu, ada pula di
Mosul, Najat, serta Baghdad. Sedangkan, di Suriah, Kota Damaskus
merupakan sentra produksi yang terkenal meskipun di kota lainnya juga
ada, seperti di Aleppo, Raqqa, Armanaz, Tyre, Sidon, Acre,dan Rasafa.
Al
Hassan mengungkapkan, produk yang dibuat di Suriah sangat populer
sepanjang peradaban Islam hingga berkembangnya industri yang sama di
Venesia, Italia, pada abad ke13. Orang-orang Barat mengetahui teknik
pembuatan produk tersebut pada abad ke-13 hingga ke-17, lalu mereka
mengembangkan industri di Eropa.
Di Indishapur,
penelitian kimia mengantarkan umat Muslim pada pencapaian teknologi
pemurnian gula. Selanjutnya, inovasi teknik ini dipergunakan pada
industri gula di Khuzistan. Lalu, menyebar ke seluruh negeri Islam
hingga Spanyol. Penemuan penting lain pada era keemasan adalah sabun.
Sentra
industri sabun berada di Kufah, Basrah, dan Nablus di Palestina.
Kemajuan industri ini dicatat ahli geografi, al-Maqdisi. Dalam
risalahnya Ahsan al-Taqasim fi Ma`rifat al-Aqalim, ia menyatakan bahwa
Kota Nablus sudah terkenal sebagai sentra produksi sabun pada abad ke-10
dan sebagian hasilnya diekspor ke negara-negara Islam.
Hadirnya
produk sabun turut men dorong berkembangnya gaya hidup sehat dan
bersih di kalangan masyarakat Muslim sejak abad ke-7. Bahan utama
pembuatan sabun, ungkap al-Hassan, adalah minyak sayuran, misalnya
minyak zaitun serta minyak aroma.Tokoh penting di balik penemuan
formula pembuatan sabun adalah al-Razi, kimiawan asal Persia.
Ketika
itu, sabun yang diproduksi umat Muslim sudah berbentuk sabun cair dan
padat serta menggunakan bahan pewangi dan pewarna. Dokter Muslim asal
Andalusia, Abu al-Qasim al-Zahrawi (936-1013), juga menulis resep
pembuatan sabun di dunia Islam. Selain itu, fondasi industri parfum
ditopang oleh teknik dan rekayasa kimia.
Pembuatan parfum
Dua
ahli kimia, yakni "Jabir ibnu Hayyan dan al Kindi", melalui berbagai
penemuan dalam proses kimia sanggup menghasilkan formula luar biasa yang
bermanfaat bagi pembuatan parfum dengan aneka jenisnya. Sejumlah ahli
lainnya juga menaruh perhatian besar terhadap teknik pembuatan parfum.
Tak kurang dari sembilan risalah teknis bagi produksi parfum sudah
dihasilkan, seperti disampaikan al Ishbilli, kimiawan Muslim berpengaruh
pada abad ke-12.
Namun, harus diakui, pengembangan
industri parfum di dunia Islam mencapai tahapan mengagumkan berkat
kontribusi Ibnu Hayyan. Dia dijuluki Bapak Kimia Modern. Tak
tanggung-tanggung, tokoh ini melahirkan beberapa metode penting,
seperti penyulingan, penguapan, dan penyaringan, yang sangat efektif
untuk mengambil aroma wewangian dari tumbuhan dan bunga dalam bentuk
minyak.
Intinya, umat Islam menorehkan prestasi
tinggi. Terutama, dengan dikembangkannya teknik dan proses ekstraksi
wewangian melalui teknologi distilasi uap. Pencapaian ini sangat
berpengaruh pada kemajuan industri parfum masa berikutnya. Bahan ramuan
parfum temuan ahli kimia Muslim banyak diikuti oleh kalangan industri
parfum di dunia Barat.
Demikian halnya industri mesiu
mengalami pencapaian signifikan sejak abad ke-7. Seorang ahli kimia
bernama Khalid bin Yazid memperkenalkan bahan potasium nitrat yang
menjadi bahan utama pembuatan mesiu. Karya Ibnu Hayyan dan alRazi juga
menyinggung soal potasium nitrat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar