Daulah Umayyah Timur

 Masa Daulah Umayyah Timur



BAB I
PEMBAHASAN

A.    Latar Belakang
Keberhasilan Rasululloh SAW menjadikan Madinah Al Munawaroh menjadi Daulah pertama setelah berbagai rintangan beliau lewati. Dakwah yang beliau lakukan demi menjalankan Risalah untuk seluruh umat manusia hingga generasi-generasi penerusnya. Para sohabat yang selalu setia bersama beliau sehingga menjadi penerus untuk mendakwahkan Islam, Khulafa’ Al Rasyidun sebagai sahabat yang meneruskan untuk mendakwahkan Islam hingga sampai muncul beberapa Daulah Umayyah menjadi estafet setelah Khulafa’ Al Rasyidun dan beberapa daulah selanjutnya.
Pembahasan ini dikhususan pada masa Daulah Umayah yang menjadi estafet setelah masa Khulafa’ Al Rasyidun yang melanjutkan mendakwahkan serta menyebarkan Islam kepenjuru dunia. Terbukti bahwa Daulah Umayah menjadi masa disaat Islam berhasil disebarkan keberbagai penjuru. Luas wilayah Daulah Umayyah menjadi pembuka pertama bahwa keberhasilan Islam disebarkan dan menginjak keberbagai tempat. Asiat Tengah menjadi wilayah yang berhasil di takhlukkan oleh para panglima – panglima atangguh Daulah Umayyah.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana awal munculnya Daulah / Dinasti Umayyah Timur ?
2.      Bagaimana perkembangan Daulah Umayyah hingga berhasil menakhlukkan Asia Tengah?
3.      Apa saja keberhasilan dan peradaban yang mampu dihasilkan Daulah Umayyah?





BAB II
PEMBAHASAN

1.      Munculnya Daulah Umayah
Daulah Umayyah berasal dari nama Umayah ibnu Abdi Syams ibnu Abdi Manaf, yaitu salah seorang dari pemimpin – pemimpin kabilah Quraisy dizaman Jahiliyah. Umayah senantiasa bersaing dengan pamannya, Hasyim ibnu Abdi Manaf, untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat dan bangsanya. Karena ia berasal dari kalangan bangsawan, serta mempunyai cukup kekayaan dan sepuluh orang putera-putera yang terhormat dalam masyarakat. Orang-orang yang memiliki ketiga macam unsur-unsur ini di zaman jahiliyah, berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan.[1]
Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan menjadi masalah yang serius. Tuntutan pengadilan oleh kaum pemberontak oleh Mu’awiyyah bin Abi Sofyan dan pendukungnya semakin keras. Ali bin Abi Thalib bersikukuh untuk meredam tuntutan Mu’awiyyah bin Abi Sofyan serta berjanji akan mengabulkannya. Tapi kareana mereka ngotot dengan tuntutannya tersebut yang tidak mungkin direalisir pada saat seperti itu. Akhirnya meletuslah perang Shiffin.[2]
Mu’awiyyah bin Abi Sofyan menuntut qishos atas para pembunuh Khalifah Utsman bin Affan sementara Ali bin Abi Thalib ingin meredam perlawanan para pengganggu pemerintahannya dalam kapasitasnya sebagai Khalifah yang sah. Puluhan ribu korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Ada yang terbunuh dan ada yang terluka. Setelah itu perpecahan dalam ubuh kaum Muslimin semakin memuncak. Dan tidak lama kemudian rahmat Allah datang kepada mereka pada saat mereka sangat membutuhkannya. Kaum muslimin berada dibawah kepeminpinan Mu’awiyah bin Abi Sofyan setelah Hasan bin Ali mengundurkan diri sebagai Khalifah hasil bai’at kaum Muslimin sepeninggal ayahnya. Tahun tersebut tahun persatuan tepatnya tahun 41 Hijriyah yang bertepatan 661 Masehi.
Dari nama Umayyah tersebut maka dinasti itu disebut sebagai Dinasti Umayyah yang selama pemerintahannya berlangsung terjadi pergantian sebanyak 14 Khalifah. Diantaranya adalah Mu’awiyya (661-685), Yazid I (680-683), Mu’awiyyah II (683), Marwan (683-685), Abdul Malik (685-705), Al Walid I (705-715), Al Walid II (743-744), Sulaiman (715-717), Umar II (717-720), Yazid II (720-724), Hisyam (724-743), Yazid III (744), Ibrahim (744), dan Marwan (744-750).[3]
2.      Perkembangan Daulah Umayyah
Berbeda dengan masa sebelumnya yaitu Khulafa’ Al Rasyidun. Pada masa dinasti Umayyah terjadi pemindahan ibukota kekuasaan Islam yang sebelumnya berada di Madinah berpindah ke Damaskus.
Dilihat dari perkembangannya pada ke 14 khalifah, dapat dibagi menjadi tiga masa: Permulaan,  perkembangan, dan keruntuhan. Masa permulaan ditandai usaha-usaha Mu’awiyah meletakkan dasar-dasar pemerintaha. Masa kejayaan diawali pada masa Abdul Malik. Dia dianggap sebagai pendiri kedua Dinasti Umayah kedua. Pada masa Walid I merupakan periode kemenangan, kemakmuran dan juga kejayaan. Kejayaan Dinasti Umayah berakhir pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz. Beberapa sejarawan mengatakan pemerintahan Khalifah Umar II pemerintahan termasyhur. Sepeninggal Umar ibn Abdul Aziz keadaan mulai melemah dan akhirnya hancur. Diceritakan bahwa setelah Umar II banyaknya individu-individu pemimpin yang mementingkan kepentingan pribadi.[4]
Daerah – daerah sebagian Persia Asia Tengah yang telah di ANEKSASI pada masa Khalifah Umar dan periode I Khalifah Usman, telah hilang dari kekuasaan  Islam dan wilayah – wilayah Asia Tengah termasuk sebagian Persia terlepas dar wilayah kedaulatan Islam periode II Usman dan masa Ali, akibat perang saudara (terbunuhnya Usman, peristiwa Perang Jamal, dan Siffin) dan pertikaian politik antara Ali dan Mu’awiyyah. Setelah Mu’awiyyah menyelesaikan masalah intern termasuk persoalan jabatan kekhalifahan dengan Husain bin Ali, ia akhirnya dapat menduduki kursi kekhalifahan Umayyah dengan kokoh. Sejak saat itulah Mu’awiyyah mengirim para jendral ke wilayah-wilayah takhlukan yang hilangitu. Di front Timur dikendalikan oleh panglima dan Gubernur Ziyad Bin Abih yang setelah menakhlukkan Mekran, Sizistan, Kabul juga berhasil ekspedisinya ke Sugdiana, (barangkali daerah kekuasaan Turki), yang dipimpin putranya Ziyad, Ubaidillah. Disisi lain dibawah panglima lain Abd al Rahman bin Sufra dengan gabungan pasukan terdahulu (yang dipimpin oleh Ubaidillah) telah menguasi daerah-daerah yang lepas di antaranya MEKRAN, KABUL, SIZISTAN. Periode ini dalam tentara juga terdapat ilmuan dan para alim ulama yang juga menyebarkan Islam di daerah-daerah TAKHLUKAN.[5]
Dari berbagai para Khalifah yang ada di Dinasti Umayyah, Yazid menjadi salah satu yang dianggap banyak terjadi penyelewengan. Semasa Yazid tidak ada kemajuan yang berarti di Front Asia Tengah. Selain Yazid mengangkat kembali Uqbah Bin Nafi’ di Al Maghrib yang membawa Islam ke tepi Samudera ATLANTIK dan di kalangan suku-suku Berber di sub Sahara, tidak ada keberhasilan yang istimewa eskipun terkenal sebagai panglima yang populer. Pada masa kekuasannya hanya selama tiga tahun ditandai dengan tiga keburukan.[6]
Terlaksananya Islamisasi baru pada masa Abd al Malik Bin Marwan sebelumnya tidak ada ekspansi. Pada masa ini sibuk untuk membasmi lawan-LAWAN politiknya. Ia hanya dapat menakhlukkan kembali daerah WASIT  dibawah pimpinan Hajjaj bin Yusuf dan membangaun satu benteng pertahanan yang kokoh. Puncaknya pada masa Khalifah al Walid bin Abd al Malik. Meskipun dia tidak begitu mahir dalam peperangan namun periode pemerintahannya dikenal dengan kemunculan para panglima yang terkemuka dan arus ekspansi Islam dalam sejarah mencapai pada puncaknya. Periode ini muncul sosok seperti Musa Bin Nushair, dan Panglima Thariq bin Ziyad dimana dengan jasa mereka perluasan Islam di front Barat sampai ke Andalusia. Sementara di front Timur muncul Gubernur  Jendral Hajjaj Bin Yusuf , Muhammad Bin Qossim, dan Qutayba bin Muslim yang menakhlukkan sampai ke Sind Punjab dan sebagian Sentral Asia.[7]
Pada masa Al Walid I MERUPAKAN PERIODE kemenangan, kemakmuran, dan kejayaan. Ia banyak membangun gedung-gedung indah, masjid, dan sekolah. Ia bukan seorang arsitek Islam tetapi seorang penakhluk. Qutaybah ditunjuk oleh Hajjaj Bin Yusuf sebagai gubernur Khurasan dan ia pergi ke Balkh dimana Qutaybah bersatu dengan pemimpin Balkh dan tuan-tuan tanah. Mereka menyeberangi sungai OXUS, dan bertemun dengan Raja Sughayan yang menawarkan banyak hadiah dan menyerahkan negaranya kepada Qutaybah. Pada tahun berikutnya Qutaybah menyerbu wilayah diantara Oxo dan Bukhara yang terkenal dengan Bikund. Tahun 710 M Qutaybah berusaha menyeberangi Oxo menuju Khawarizam. Raja Khawarizam mengadakan perdamaian dengan tentara Islam. Sementara diwilayah Samarkhand tidak patuh pada kekuasaan Islam, maka atas izin Khalifah, Hajjaj menginstruksikan agar Qutaybah mengatasinya, dan akhirnya dapat dikuasai Islam. Dengan pasukan tambahan berjumlah 27.000 Qutaybah berhasil menyelamatkan Khawarizam dan dengan menakhlukkan Khiva  ibukota Khawarizam menandai bahwa masuknya Islam di Asia Tengah. (Cina dan Mongolia).[8]
Mendengar berita  lelayu Al Walid I sehingga menangguhkan penakhlukkan tentang ahli perang dari suku Mudhar dan Qutyayba. Sayyed Amir Ali berpendapat bahwa berkat kepemipinannya yang terpuji dan sikap serta perilaku yang baik berdirilah kantong-kantong muslim di antara Turki, Asia Tengah, China yang memberi sumbangan besar dan sangat mengagumkan. Setelah Al Walid, Sulaiman menjadi Khalifah selanjutnya dan mengangkat Yazid menjadi panglima. Tetapi Yazid memberikan kesan yang kurang baik. Pengganti Sulaiman adalah Umar ibn Abdul Aziz. Di masa inilah dikatakan sebagai masa yang keberhasilan dan keemasan Dinasti Umayyah. Selain sebagai seorang yang sholeh keberhasilannya menerapkan hukum dan keadilan. Berbagai peristiwa mampu diselesaikan dengan adil, mulai daro masalah KKN, pemecatan pejabat yang menyalahi hukum, mampu meredam konflik, dia benar-benar membangun negara dengan kemmapuannya sebagai seorang yang sholeh. Saat-saat inilah keberhasilan dan keemasan dakwah Islam ke Asia Tengah dan sekitarnya. Para penyebar agama, waliullah, alim ulama, dan sufi berdatangan kekawasan ini. Sejak periode Umar II inilah rakyat Asia Tengah menikmati keadilan dan pemerataan yang sebelumnya dirampas oleh para kepala.
Pengganti Umar II yakni Yazid II tidak terjadi ekspansi atau penyebaran Islam dikawasan Asia Tengah. Pada masa Hisyam Bin Abd al Malik menguasi kembali daerah yang sempat hilang. Pemberontakan suku-suku di Asia Tengah yang bersatu seperti suku Turgesh dipimpn oleh Khan Su – Lu berhasil dihadapinya dengan mengangkat  Asad (saudaranya) dan dengan berkoordinir bersama Umar Bin Hubairah dan panglima Khalid al Qasri. Para pengganti Hisyam, (Walid II, Yazid III, Ibrahim ) tidak ada kemajuan baik dalam ekspansi maupun dalam penyebaran Islam dikawasan Asia Tengah. Khalifah terakhir dinasti Umayyah, Marwan II memperhankan Sayyar sebagai gubernur setelah Asad tetapi banyaknya pemberontakan dan usaha-usaha menggoyahkan dinasti Umayyah sehingga tidak mampu diatasi. Ketidakberhasilannya dalam penerapan pajak yang merata baik Muslim, non Muslim, Mawalli juga termasuk faktor. Selain dari gerakan Abu Muslim Al Khurasani yang jauh lebih kuat dibandingkan dengan Sayyar sehingga mamu untuk mengalahkannya dan berdirilah Dinasti Abasiyyah pada tahun 750 M.[9]
Islam masuk ke wilayah Asia Tengah melalui beberapa tahap, yang pertama kekuatan MILITER, MADRASAH DAN TASAWUF. Awal abad ke 18 pasukan Bani Umayyah dibawah pimpinan Qutaybah ibn Muslim (w. 716) sudah berhasil menyeberangi sungai Oxus dan menakhlukkan Bukhara, Samarqand dan Fargana. Akan tetapi, kematian Qutaybah dan perang saudara diantara kaum muslimin sesudahnya seta naiknya kekuatan Cina di Mongolia membuat perluasan kekuasaan Islam di daerah ini berhenti dan para penguasa LOKAL (CINA MONGOLIA) berdiri kembali.[10] Penyerangan pasukan Islam kembali terjadi kurang lebih setangah abad kemudian, ketika seorang PENGUASA TURKI dieksekuai oleh penguasa Cina di Taysken. Orang-orang di kota ini lalu meminta bantuan kepada orang-orang Arab dan orang-orang Turki Karluk. Pasukan Cina tidak berhasil menahan serangan pasukan gabungan Arab Turki ini pada bulan Juli 751 dan sejak itu tidak pernah kembali lagi ke Asia Tengah.[11]
3.      Kebehasilan Peradaban Dinasti Umayyah
Terdapat banyak keerhasilan yang dihasilkan oleh peradaban dinasti Umayyah sehingg dapat dikelompokkan menjadi berbagai bidang seperti dibawah ini:
a.       Bidang arsitektur terdapat banyak masjid yang dibangun salah satunya adalah Masjid Damaskus, dan berbagai masjid yang diperbaiki, serta diperindah. Terdapat juga istana hijau. Berbagai gedung, taman rekreasi, dll.
b.      Bidang organisasi militer dibangun berbagai pangkalan militer, adanya angkatan darat, laut, angkatan keolisisan, dll.
c.       Bidang perdagangan terdapat lalu lintas perdagangan yang menjadi pusat sehingga mencari layaknya rempah, kasturi, permata, logam mulia mudah didapatkan.
d.      Bidang kerajinan dicetaknya pakaian untuk Khalifah yang berfornat tiraz, munculnya banyak pabrik, dll.
BAB III
KESIMPULAN

Muncul dan terbentuknya dinasti Umayyah seperti dalam sumber sejarah banyak tragedi yang melatarbelakanginya. Berawal dari peristiwa terbunuhnya Khalifah Utsman samapai kepada Ali bin Abi Thalib seta beerapa peristiwa yang tidak terlupakan layaknya perjanjian Tahkim, perang Jamal dan erang Shiffin. Semua itu merupakan fakta historis yang memang tidak bisa dipungkiri. Tetapi yang perlu menjadi titik tekan adalah Dinasti Umayya telah mampu membuktikan bahwa penerapan hukum itu jelas ada. Keberhasilan-keberhasilan diberbagai bidang menjadi fakta historis adanya meskipun memang terjadi juga cacat sejarah, hal demikian itu merupakan suatu yang wajar tetapi sebagaimana mungkin kita mampu seimbang menjelaskan sejarah sehingga tidak terjadi kesinambungan. Berbagai keberhasilan telah diraih oleh beberapa Khalifah khususnya pembahasan di Asia Tengah.













Daftar Pustaka

Ahmad Syalabi.1982.Sejarah Kebudayaan Islam 2.Jakarta Pusat:Pustaka Al Husna
M. Abdul Karim.2006.Islam di Asia Tengah.Yogyakarta:Bagaskara
M. Abdul Karim.2007.Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta:Pustaka Book Publisher
M. Sayyid Al Wakil.2009.Wajah Dunia Islam dari Bani Umayyah hingga Imperealisme Modern.Jakarta Timur:Pustaka Al Kautsar
Siti Maryam.dkk.2009.Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:LESFI



















[1] Ahmad Syalabi.1982.Sejarah Kebudayaan Islam 2.Jakarta Pusat:Pustaka Al Husna.hal 24
[2] M. Sayyid Al Wakil.2009.Wajah Dunia Islam dari Bani Umayyah hingga Imperealisme Modern.Jakarta Timur:Pustaka Al Kautsar.hal 33
[3] M. Abdul Karim.2007.Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam.Yogyakarta:Pustaka Book Publisher.Hal 113
[4] Siti Maryam.dkk.2009.Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:LESFI.hal 70
[5]M. Abdul Karim.2006.Islam di Asia Tengah.Yogyakarta:Bagaskara.hal 13
[6]M. Abdul Karim.2006.Islam di Asia Tengah.Yogyakarta:Bagaskara.hal 13
[7] M. Abdul Karim.2006.Islam di Asia Tengah.Yogyakarta:Bagaskara.hal 14
[8] M. Abdul Karim.2006.Islam di Asia Tengah.Yogyakarta:Bagaskara.hal 16
[9] M. Abdul Karim.2006.Islam di Asia Tengah.Yogyakarta:Bagaskara.hal 18
[10] Siti Maryam.dkk.2009.Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:LESFI.hal 200
[11] Siti Maryam.dkk.2009.Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta:LESFI.hal 201

Tidak ada komentar:

Posting Komentar